Jumat, 10 Maret 2017

Upaya Membendung Akibat Negatif Pengelolaan Wisata





Dalam rangka membentengi arus negatif pengembangan wisata laut di Tanjung Hiti Latu (Hiti Latu’s Cape /  Hiti Latu’s Beach) dan wisata pendakian gunung Layar (Layar’s Mountain) yang berlokasi di negeri Mamala Amalatu, Leihitu, Maluku Tengah tepatnya di pulau Ambon, maka diperlukan upaya sosialisasi tujuan pengembangan potensi wisata dari berbagai hal dan penjelasan upaya membentengi akibat negatif dari hal ini. Terdapat tulisan menarik dengan penjelasan tentang hal ini, yang berasal dari rekan dari Aceh yang mempostingnya di Kompasiana dengan judul “Wisata dan Maksiat”. 

Wisata

Ketika berbicara wisata maka yang terlintas dipikiran kita adalah jalan-jalan dan bersenang-senang dari tempat tinggal ke tempat tujuan wisata, berwisata menghabiskan uang dan kerap mengundang maksiat bagi para pelaku wisata. Itulah asumsi sebagian masyarakat terhadap wisata sehingga di daerah dan tempat-tempat tertentu dilarang membuka tempat wisata.

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009: 

Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: 

Wisata adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb. Wisata juga bisa diartikan sebagai piknik. 

Menurut Qanun Aceh No.8 Tahun 2013 Wisata adalah Kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya Tarik wisata.

Dalam rumusan Keputusan Sidang/fatwa yang dihasilkan dalam Sidang Paripurna MPU Aceh, yang dibacakan oleh Kepala Sekretariat MPU Aceh Bpk. Saifuddin Puteh, SE. MM. disampaikan poin-poin keputusan MPU Aceh tentang Pariwisata Dalam Pandangan Islam, yaitu:

Menetapkan: 

PERTAMA : FATWA

SATU : Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut; 

DUA: Pariwisata yang di dalamnya terkandung unsur-unsur kemaksiatan hukumnya haram; 

TIGA : Pariwisata yang didalamnya terkandung nilai-nilai kemaslahatan hukumnya mubah (boleh)

KEDUA : TAUSHIYAH

SATU : Pemerintah Aceh diharapkan untuk lebih mengedepankan nilai-nilai Syariat Islam dalam pembangunan pariwisata di Aceh; 

DUA : Pemerintah Aceh diharapkan untuk menyusun buku panduan wisata yang berbasis Syariat Islam bersama lembaga dan instansi terkait; 

TIGA : Pemerintah Aceh diharapkan untuk mensosialisasikan wisata Syariah kepada pengelola wisata dan masyarakat; 

EMPAT : Masyarakat Aceh diharapkan untuk turut serta melakukan pengawasan terhadap kegiatan pariwisata; 

LIMA : Pemerintah Aceh diharapkan untuk mempersiapkan SDM pemandu wisata profesional yang memahami syariat kearifan lokal; 

ENAM : Pemerintah Aceh lebih memprioritaskan promosi wisata Syariah ke luar daerah dan negara-negara muslim; 

TUJUH : Pemerintah Aceh mempersiapkan sarana ibadah yang memadai pada lokasi-lokasi wisata; 

DELAPAN : Pemerintah Aceh menempatkan personil Wilayatul Hisbah dan petugas terkait lainnya pada lokasi-lokasi wisata; 

SEMBILAN : Pemerintah Aceh memberikan sanksi bagi pengelola wisata dan wisatawan yang melanggar nilai-nilai Syariat Islam.

Kegiatan Sidang Paripurna - IV MPU Aceh ditutup oleh Prof. Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim, MA (Wakil Ketua MPU Aceh) pada hari Kamis tanggal 08 Mei 2014. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.
Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan dan kesatuan.

Tujuan : 

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Meningkatkan kesajahteraan rakyat
2. Menghapus kemiskinan
3. Mengatasi pengangguran
4. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
5. Memajukan kebudayaan
6. Mengangkat citra bangsa
7. Memupuk rasa cinta tanah air
8. Memperkukuh jadi diri dan kesatuang bangsa
9. Mempererat persahabatan antar bangsa

Maksiat

Maksiat adalah lawan ketaatan, baik itu meninggalkan perintah maupun melakukan suatu larangan. Sedangkan iman, sebagaimana telah diketahui ada 70 cabang lebih, yang tertinggi adalah ucapan “laa illaha illallah” dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Jadi cabang-cabang ini tidak bernilai atau berbobot sama, baik yang berupa mengerjakan (kebaikan) maupun meninggalkan (larangan). Begitu pula dengan maksiat, maksiat mempunyai jenis-jenis tersendiri yaitu ada yang mengkibatkan pelakunya keluar dari Islam dan maksiat yang tidak mengeluarkan pelakunya daripada Islam.

Maksiat merupakan hal yang “lumrah” bagi seorang manusia karena memang tabiat manusia sejak diciptakan pertama kali adalah melakukan salah dan dosa. Namun yang tidak “lumrah” adalah yang bermaksiat namun tak mau bertobat, berusaha menghindari dosa dan perantaraannya dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Menciptakan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia wisata sekarang lebih dominan dengan kemaksiatan, segala perbuatan buruk dan melanggar yang diharamkan seperti bercampur baur yang bebas antara laki-laki dan perempuan, memasarkan kebejatan, menyerupai orang kafir, menghamburkan uang yang banyak dan waktu serta kesungguhan. Semua itu dibungkus dengan nama wisata.


Wisata “Tanpa” Maksiat

Manusia membutuhkan kesegaran dan kebugaran dalam melaksanakan Ibadah, berlibur menjadi pilihan saudara-saudara kita ada suka berlibur kepantai dan pegunungan untuk bersahabat dengan alam. Dan ada juga yang suka mengunjungi tempat-tempat besejarah, makam para ulama dan panti asuhan. Bepergian dalam rangka liburan mencari kesegaran jiwa merupakan kebutuhan dan tuntutan, terkadang jiwa ini butuh penyegaran yang bisa menghilangkan kejenuhan serta kebosanan akiban beratnya beban kehidupan, tekanan serta desakan kehidupan.

Rekreasi/Wisata alam dan pantai untuk melihat agung nya ciptaan Allah bukanlah hal yang buruk, bila dengan menyaksikan keagungan Allah akan meningkatkan keimanan kita kepada Nya maka akan menjadi kebaikan. Memang secara fitrah manusia perlu mengistirahat kan hati sebagaimana perlu mengistirahat kan badan yang bisa cape, lemah dan lelah. Demikian juga dengan hati oleh sebab itu ber wisatalah bersama keluarga bersenang-senang bersama anak dan istri.

Untuk terciptanya wisata “tanpa” maksiat maka diperlukan persiapan baik berupa aturan pemerintah, peraturan desa wisata serta dukungan manyarakat sekitar tempat wisata, pengawasan pemerintan serta control semua elemen masyarakat secara umum.


Referensi:

Wisata dan Maksiat available at http://www.kompasiana.com/47194c4a76da4c2/wisata-dan-maksiat_56223356cd9273ce0805c988
























               

Rabu, 01 Maret 2017

Bisnis Wisata Pendakian di Gunung Layar Mamala Menjadi Sumber Pendapatan



Gb.1 Aksi Muda-mudi di lereng Gunung Layar Mamala
 
Negeri Mamala yang berada di pulau Ambon pada dasarnya memiliki banyak objek wisata yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata rekreatif. Salah satu objek wisata baru yang menjadi daerah tujuan wisatawan di negeri Mamala pulau Ambon adalah Objek Wisata yang ada di Gunung Layar yang merupakan bagian dari Gunung Salahutu. Berada di puncak gunung Layar ini dapat menikmati pemandangan kota Ambon, khususnya Jembatan Merah Putih. Seluruh Objek wisata yang ada di Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah dapat dikatakan sebagai potensi wisata pedesaan Maluku karena menawarkan produk wisata yang bernuansa pedesaan yang udara sekitar masih bersih dan sejuk serta banyak mengandung unsur-unsur adat istiadatnya. Dilihat dari sisi produk wisata di Kecamatan Leihitu mempunyai potensi yang baik.

Entah mengapa saat ini gunung menjadi tempat wisata yang benar-benar sangat ramai di akhir pekan atau hari libur. Terutama pada gunung yang terkenal namanya seperti gunung Merapi, Merbabu, Semeru, Sindoro, Sumbing, Gede Pangrango dan sebagainya. Padahal awal mulanya pendakian gunung hanya dilakukan oleh kelompok tertentu seperti organisasi pecinta alam, komunitas mahasiswa maupun kelompok tim peneliti.

Alhasil saat sekarang ini gunung menjadi tempat wisata yang populer untuk umum, bukan didominasi oleh komunitas tertentu saja. Meski demikian tetap saja kegiatan pendakian merupakan kegiatan yang sebenarnya berbahaya dan butuh persiapan khusus. Ada banyak pemula yang tidak memiliki wawasan pendakian, bahkan karena keteledorannya bukan wisata menyenangkan yang didapat justru malah maut.

Alternatif pendakian lebih amat dan memenuhi safety adalah menggunakan penyedia jasa wisata gunung. Perjalanan dengan bergabung dengan layanan semacam ini bisa dibilang cukup memenuhi standar safety karena ketersediaan peralatan komplit serta adanya pemandu. Jadi bagi Anda seorang anggota pecinta alam yang memiliki banyak pengalaman mendaki gunung khususnya di Indonesia, mengapa tidak menjadikan gunung sebagai sumber pendapatan? Sembari menyalurkan hobi, sekaligus mendapatkan penghasilan dari wisata pendakian ini. Berikut tipsnya:

Matangkan Pengalaman

Untuk membuka jasa layanan tour atau wisata gunung pastikan pengalaman Anda sudah matang. Anda harus merasakan banyak pendakian di beberapa gunung, dan memiliki pengalaman pendakian kondisi cuaca baik cuaca ekstrim maupun cuaca bersahabat. Semakin matang pengalaman Anda semakin bagus karena tanggung jawab yang besar dari layanan tour wisata gunung ini. Agen wisata gunung Anda tidak akan laku jika Anda sendiri selaku leadernya belum berpengalaman.

Paket Pendakian Lengkap

Umumnya penyedia jasa layanan tour pendakian gunung memiliki paket yang lengkap, baik untuk paket open trip maupun private. Untuk paket open trip adalah event atau kegiatan pendakian yang diadakan oleh penyedia tour gunung. Dalam open trip setiap orang bisa ikut dengan batas kuota tertentu serta dengan biaya yang sudah ditentukan. Sedangkan private adalah tour pendakian bersama klien khusus baik perorangan maupun satu kelompok seperti rombongan orang kantor, anak-anak sekolah atau keluarga. Semakin lengkap paket semakin layanan tour Anda ramai.

Pintarlah Dalam Matematika

Ingat pendakian gunung bukanlah jalan-jalan biasa, melainkan perjalanan panjang yang penuh tantangan bahkan terkadang harus dilakukan beberapa hari. Sebagai penyedia jasa tour pendakian Anda harus memperhitungkan segalanya, dan pastikan harga paket memenuhi kebutuhan selama pendakian. Sebagai contoh yang harus diperhitungkan adalah biaya perjalanan, logistik, perlengkapan team pendakian (tenda, sleeping bag, kompor, nesting, dll), dan sebagainya. Jangan sampai Anda salah memperhitungkan hingga tidak mendapat keuntungan bahkan merugi. Paket yang baik adalah tidak terlalu mahal dan tidak terlampau murah.

Safety Adalah Utama

Keamanan dalam pendakian menjadi hal yang diutamakan dari penyedia jasa layanan wisata gunung. Jadi, kesimpulannya Anda tidak boleh hanya memikirkan keuntungan semata namun utamanya adalah keselamatan klien. Patuhi peraturan di gunung, dan tegas mengambil keputusan. Sebagai contoh ketika cuaca badai, pastikan Anda menghentikan perjalanan tim dan tidak meninggalkan seorang pun klien ketika sudah tidak kuat dalam perjalanan. Agen tour pendakian gunung yang baik adalah yang mengutamakan keselamatan.

Jadilah Ramah

Pastikan orang yang menggunakan jasa tour pendakian Anda merasa puas dan nyaman. Salah satu yang membuat nyaman tentu adalah keramahan Anda yang bisa membuat suasana camping menjadi menyenangkan.

Kemampuan Marketing Mumpuni

Lagi-lagi strategi marketing harus Anda miliki ketika mengelola penyedia jasa tour dan wisata gunung. Maksimalkan apa yang ada terutama untuk strategi marketing online, seperti memanfaatkan media sosial, situs website, blog dan forum-forum khusus bertema gunung. Gunakan trik SEO agar semakin banyak orang mengetahui jasa wisata pendakian milik Anda melalui mesin pencari internet. Saran kami adalah gunakan nama jasa tour Anda yang familiar dengan bahasa pendakian, sebagai contoh adalah nama wisata trecking, mustika adventure, edelweis tour dan lain-lain. Sepertinya nama Harapan makmur atau sumber jaya tidak cocok dijadikan nama perusahaan jasa tour pendakian.

Berminat menjadikan keindahan gunung sebagai bisnis dan sumber pendapatan? Setidaknya tips dari kami bisa membantu.